Pages

Suasana Desa Pertanian

Terdapat keistimewaan tersendiri dari corak kehidupan petani.

Hamparan sawah

Pertanian indonesia yang subur pada dataran tinggi.

Pemetik Daun Teh

Pemetik teh di daerah dataran tinggi.

Masih Butuh Banyak Pemetik Teh

Para pemetik teh, sedang memetik daun teh bersama-sama.

I love Indonesia

Sumber daya alam yang berlimpah, di bumi nusantara.

Rabu, 03 Desember 2014

Penyuluhan Kelompok Tani Sumber Mulyo



  Kelompok tani Sumber Mulyo merupakan salah satu kelompok tani yang terdapat di dusun Demangan, Desa Bangunharjo, Sewon, Bantul. Kelompok tani ini merupakan salah satu bagian dari 15 kelompok tani yang ada di desa Bangunharjo. Terbentuknya kelompok tani Sumber Mulyo ini di prakarsai oleh bapak Walsiyo, yang dari tahun terbentuknya 2006 hingga saat ini menjadi ketua kelompok tani Sumber Mulyo. 
Penyuluhan yang kami lakukan adalah penyuluhan tentang pembuatan pupuk hijau alami. Penyuluhan ini dilakukan Minggu, 30 November 2014 di rumah bapak Walsiyo. Kami melakukan penyuluhan dengan bapak Walsiyo secara langsung. Menurut bapak Walsiyo kelompok tani ini sudah dapat pernah mencoba pembuatan pupuk organik. Namun, terkendala bahan-bahan seperti kotoran ternak yang sulit didapatkan. Pembuatan pupuk hijau ini hanya memanfaatkan limbah dari tanaman hasil panen yang tidak terpakai. 
Limbah yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk ini kami mencari dari hasil panen tanamn kacang tanah yang ditanam oleh bapak Walsiyo. Kacang tanah yang dapat dimanfaatkan pada bagian akarnya yang kaya akan kandungan N tinggi, yang berguna untuk proses pertumbuhan tanaman. Bapak Walsiyo sendiri tertarik untuk mencoba sendiri, dan mensosialisasikan kepada para anggota kelompok Tani Sumber.
Peragaan Alat Penyuluhan
Penyuluhan dengan Bapak Walsiyo
Penyerahan Leaflet
Foto Bersama Setelah Penyuluhan 1
Foto Bersama Setelah Penyuluhan 2
Semoga apa yang telah kami berikan kepada kelompok tani Sumber Mulyo, dapat dipergunakan dan diambil manfaatnya serta diterapkan pada proses budidaya tanaman. 

Kelompok 1
Gol B4
Anggota :
1.  Dennis Endika                           (13294)
2.  Bio Gama R                                (13448)
3.  Julia Inka Henofa                     (13491)
4. Ary Virgianti Setyaningrum    (13212)







Minggu, 09 November 2014

Budidaya Tanaman Sayuran Secara Vertikultur Memanfaatkan Lahan Terbatas & Sempit

Sesuai dengan asal katanya dari bahasa Inggris, yaitu vertical dan culture, maka vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat, baik indoor maupun outdoor. Sistem budidaya pertanian secara vertikal atau bertingkat ini merupakan konsep penghijauan yang cocok untuk daerah perkotaan dan lahan terbatas. Misalnya, lahan 1 meter mungkin hanya bisa untuk menanam 5 batang tanaman, dengan sistem vertikal bisa untuk 20 batang tanaman. Vertikultur tidak hanya sekadar kebun vertikal, namun ide ini akan merangsang seseorang untuk menciptakan khasanah biodiversitas di pekarangan yang sempit sekalipun. Struktur vertikal, memudahkan pengguna membuat dan memeliharanya. Pertanian vertikultur tidak hanya sebagai sumber pangan tetapi juga menciptakan suasana alami yang menyenangkan.
Model, bahan, ukuran, wadah vertikultur sangat banyak, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan keinginan. Pada umumnya adalah berbentuk persegi panjang, segi tiga, atau dibentuk mirip anak tangga, dengan beberapa undak-undakan atau sejumlah rak. Bahan dapat berupa bambu atau pipa paralon, kaleng bekas, bahkan lembaran karung beras pun bisa, karena salah satu filosofi dari vertikultur adalah memanfaatkan benda-benda bekas di sekitar kita.
Persyaratan vertikultur adalah kuat dan mudah dipindah-pindahkan. Tanaman yang akan ditanam sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan dan memiliki nilai ekonomis tinggi, berumur pendek, dan berakar pendek. Tanaman sayuran yang sering dibudidayakan secara vertikultur antara lain selada, kangkung, bayam, pokcoy, caisim, katuk, kemangi, tomat, pare, kacang panjang, mentimun dan tanaman sayuran daun lainnya.
Untuk tujuan komersial, pengembangan vertikultur ini perlu dipertimbangkan aspek ekonomisnya agar biaya produksi jangan sampai melebihi pendapatan dari hasil penjualan tanaman. Sedangkan untuk hobiis, vertikultur dapat dijadikan sebagai media kreativitas dan memperoleh panenan yang sehat dan berkualitas.
Pembuatan wadah tanam vertikultur
Contoh salah satu wadah tanam dibuat dari dua batang bambu yang masing-masing panjangnya 120 cm, dengan pembagian 100 cm untuk wadah tanam dan 20 cm sisanya untuk ditanam ke tanah. Pada setiap bambu akan dibuat lubang tanam sebanyak 10 buah. Bambu dipilih yang batangnya paling besar, lalu dipotong sesuai dengan ukuran yang ditetapkan. Semakin bagus kualitas bambu, semakin lama masa pemakaiannya.
Di bagian 20 cm terdapat ruas yang nantinya akan menjadi ruas terakhir dihitung dari atas. Semua ruas bambu kecuali yang terakhir dibobol dengan menggunakan linggis supaya keseluruhan ruang dalam bambu terbuka. Di bagian inilah nantinya media tanam ditempatkan. Untuk ruas terakhir tidak dibobol keseluruhan, melainkan hanya dibuat sejumlah lubang kecil dengan paku untuk sirkulasi air keluar wadah.
Selanjutnya dibuat lubang tanam di sepanjang bagian 100 cm dengan menggunakan bor listrik. Dapat juga menggunakan alat lain seperti pahat untuk membuat lubang. Lubang dibuat secara selang-seling pada keempat sisi bambu (asosiasikan permukaan bambu dengan bidang kotak). Pada dua sisi yang saling berhadapan terdapat masing-masing tiga lubang tanam, pada dua sisi lainnya masing-masing dua lubang tanam, sehingga didapatkan 10 lubang tanam secara keseluruhan. Setiap lubang berdiameter kira-kira 1,5 cm, sedangkan jarak antar lubang dibuat 30 cm.
Pengadaan media tanam
Media tanam adalah tempat tumbuhnya tanaman untuk menunjang perakaran. Dari media tanam inilah tanaman menyerap makanan berupa unsur hara melalui akarnya. Media tanam yang digunakan adalah campuran antara tanah, pupuk kompos, dan sekam dengan perbandingan 1:1:1. Setelah semua bahan terkumpul, dilakukan pencampuran hingga merata. Tanah dengan sifat koloidnya memiliki kemampuan untuk mengikat unsur hara, dan melalui air unsur hara dapat diserap oleh akar tanaman dengan prinsip pertukaran kation. Sekam berfungsi untuk menampung air di dalam tanah sedangkan kompos menjamin tersedianya bahan penting yang akan diuraikan menjadi unsur hara yang diperlukan tanaman.
Campuran media tanam kemudian dimasukkan ke dalam bambu hingga penuh. Untuk memastikan tidak ada ruang kosong, dapat digunakan bambu kecil atau kayu untuk mendorong tanah hingga ke dasar wadah (ruas terakhir). Media tanam di dalam bambu diusahakan agar tidak terlalu padat supaya air mudah mengalir, juga supaya akar tanaman tidak kesulitan “bernafas”, dan tidak terlalu renggang agar ada keleluasaan dalam mempertahankan air dan menjaga kelembaban.

Persiapan bibit tanaman dan penanaman
Sebelum berencana membuat wadah vertikal, terlebih dahulu mempersiapkan sejumlah bibit tanaman, Ketika tanaman sudah mencapai umur siap dipindahkan, pada dasarnya ada tiga tahap dalam proses ini, yaitu persemaian, pemindahan, dan penanaman.
Seperti halnya menanam, menyemaikan benih juga memerlukan wadah dan media tanam. Wadah bisa apa saja sepanjang dapat diisi media tanam seperlunya dan memiliki lubang di bagian bawah untuk mengeluarkan kelebihan air. Persemaian  menggunakan wadah khusus persemaian benih yang disebut tray dengan jumlah lubang 128 buah (tray lain jumlah dan ukuran lubangnya bervariasi). Dapat juga persemain menggunakan sebuah pot ukuran sedang dan sebuah bekas tempat kue. Adapun untuk media tanamnya adalah media tanam dari produk jadi yang bersifat organik.

Jika menggunakan tray, jumlah benih yang dapat disemaikan sudah terukur karena setiap lubang diisi sebuah benih (walaupun bisa juga diisi 2 atau 3). Jika menggunakan wadah lain maka jumlah benih yang dapat disemaikan disesuaikan dengan ukuran wadahnya, dalam hal ini jarak tanam benih diatur sedemikian rupa agar tidak berdempetan. Dua-tiga minggu setelah persemaian benih sudah berkecambah dan mengeluarkan 3-4 daun. Idealnya, benih yang sudah tumbuh daun berjumlah 4-5 helai sudah layak dipindahtanamkan.
Bibit tanaman yang dipindahkan ke wadah vertukultur sudah berumur lebih dari satu bulan, daunnya pun sudah bertambah. Karena hanya memiliki total 20 lubang tanam dari dua batang bambu, maka cukup leluasa untuk memilih 20 bibit terbaik. Sebelum bibit-bibit ditanam di wadah bambu, terlebih dahulu menyiramkan air ke dalamnya hingga jenuh, ditandai dengan menetesnya air keluar dari lubang-lubang tanam. Setelah cukup, baru mulai menanam bibit satu demi satu. Semua bagian akar dari setiap bibit harus masuk ke dalam tanah. Setiap jenis bibit (cabe merah dan tomat) dikelompokkan di wadah bambu terpisah.
Pemeliharaan tanaman
Tanaman juga memerlukan perawatan, seperti halnya makhluk hidup yang lain. Tanaman memerlukan perhatian dan kasih sayang. Selain penyiraman dilakukan setiap hari juga perlu pemupukan, dan juga pengendalian hama penyakit.
Sebaiknya pupuk yang digunakan adalah pupuk organik misalnya pupuk kompos, pupuk kandang atau pupuk bokashi. Disarankan agar sayuran buah seperti cabe, tomat tidak mudah rontok sebaiknya menambahkan KCL satu sendok teh atau sendok makan tergantung besar kecilnya pohon. Pemberian KCL setiap 5 sampai 6 bulan sekali.
Di perkotaan, pupuk kandang atau kompos harganya menjadi mahal. Limbah dapur atau daun-daun kering bisa dimanfaatkan untuk pembuatan pupuk bokashi. Pupuk bokashi adalah hasil fermentasi bahan organik (jerami, sampah organik, pupuk kandang, dan lain-lain) dengan teknologi EM yang dapat digunakan sebagai pupuk organik untuk menyuburkan tanah dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Bokashi dapat dibuat dalam beberapa hari dan bisa langsung digunakan sebagai pupuk.
Kalau di daerah pedesaan, biasanya sampah atau kotoran hewan dimasukkan ke sebuah lubang. Kalau lubangnya sudah penuh, sampah dibakar dan sebagai pupuk. Dengan catatan, pupuk kotoran hewan yang akan digunakan hendaknya sudah tidak berbau busuk. Di swalayan, kios tanaman saat ini sudah banyak dijual pupuk kandang yang sudah kering, tidak berbau, dan steril.
Saat ini masyarakat mulai banyak mempertimbangkan mengkonsumsi hasil panen yang Iebih sehat cara penanamannya, yaitu menggunakan pupuk dan pengendalian hama alami, meskipun harga produk tersebut lebih mahal.
Saran untuk berkebun di rumah sebaiknya tidak menggunakan bahan kimia. Ditekankan pula jangan menggunakan furadan untuk membunuh hama yang ada di dalam tanah. Penggunaan furadan bisa mengurangi tingkat kesuburan tanah dan juga mencemari tanaman kurang lebih selama sebulan. Jadi, sebaiknya untuk tanaman sayuran tidak perlu digunakan furadan.
Pemanenan
Pemanenan sayuran biasanya dilakukan dengan sistem cabut akar (sawi, bayam, seledri, kemangi, selada, kangkung dan sebagainya). Apabila kita punya tanaman sendiri dan dikonsumsi sendiri akan lebih menghemat apabila panen dilakukan dengan mengambil daunnya saja. Dengan cara tersebut tanaman sayuran bisa bertahan lebih lama dan bisa panen berulang-ulang.

Sumber:
http://www.pekalongankab.go.id/fasilitas-web/artikel/pertanian/3000-budidaya-tanaman-sayuran-secara-vertikultur-qmemanfaatkan-lahan-terbatas-dan-sempitq.html. Diakses pada tanggal 9 November 2014 pukul 19.00 WIB.

Julia Inka Henofa
13491

Jumat, 07 November 2014

MENGOLAH KAYU KOPI MENJADI MEUBEUL DAN KERAJINAN YANG UNIK

Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan mutu tanaman kopi adalah dengan melakukan peremajaan. Peremajaan terhadap tanaman kopi dilakukan terhadap tanaman yang sudah tua yaitu yang sudah berumur diatas 15 tahun. Pada umur tersebut tanaman kopi memasuki masa yang sudah tidak produktif lagi, sehingga replanting dengan tanaman baru dari varietas unggul merupakan tindakan yang harus segera dilakukan. Pada pekerjaan peremajaan  seperti itu dilaku kan penebangan dan pembongkaran tanaman lama, sehingga akan dihasilkan kayu-kayu kopi yang melimpah.
Selama ini kayu kopi hasil peremajaan lebih banyak dimanfaatkan sebagai kayu bakar, tetapi di tangan-tangan yang penuh kreatif kayu kopi yang nampaknya kurang berharga tersebut diolah menjadi barang-barang yang bernilai ekonomi tinggi yaitu meubel serta kerajinan yang unik dan menarik. Seperti yang dilakukan para pengrajin di Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi Provinsi Jawa Timur yang mengolah kayu kopi tua hasil peremajaan menjadi meubel perabot rumah tangga seperti meja, kursi, lemari, dipan, dudukan lampu, meja telepon, pigura dan asbak  yang unik.
Kayu kopi tua yang pada umumnya berumur 25 tahun keatas tersebut, pada saat budidaya sering dilakukan pemangkasan cabang, dimana pada bekas pangkasan seiring dengan bertambahnya umur tanaman membentuk bonggol (gembol) yang unik.  Selanjutnya ketika  diolah menjadi meja ataupun kursi bentuk bonggol yang alamiah tetap dipertahankan dan diserasikan dengan lekuk serta bentuk meja ataupun kursi, sehingga menghasilkan meja ataupun kursi yang unik dan indah yang mengandung unsur seni yang tinggi (Gambar 1).
Saat ini kreativitas yang dilakukan pengrajin di Kabupaten Jember dan Banyuwangi tersebut, dilakukan juga oleh pengrajin di Kabupaten Empat Lawang, Provinsi Sumatera Selatan, serta pengrajin di Kabupaten Bolaang Mongodow Timur, Provinsi Sulawesi Utara, mengingat di daerah tersebut terdapat hamparan luas kebun kopi rakyat yang sudah tua dan tidak produktif lagi.   Dari tangan para pengrajin yang kreatif tersebut lahirlah olahan kayu kopi tua  berbentuk meubel perabot rumah tangga yang unik bernilai jutaan rupiah.

Selain dari batang dan cabang, ternyata dari akar kayu kopi tua tersebut dapat juga diolah menjadi benda seni yang indah. Seperti yang dilakukan oleh para pengrajin di Kabupaten Lebong, Provinsi Bengkulu yang menyulap akar pohon kopi menjadi berbagai hiasan pohon dan bunga yang unik bentuknya (Gambar 2). Pohon kopi yang ditanam pada tanah dengan struktur yang gembur dan tekstur liat berpasir memiliki  akar yang bercabang-cabang, sehingga  menjadikan akar tersebut berkarakteristik seperti miniatur pohon, bunga serta menyerupai bonsai.

Disamping diolah menjadi barang yang unik, dari kayu kopi tua dapat juga diolah menjadi rangkaian tasbih, stick drum dan tongkat komando seperti yang dilakukan oleh para pengrajin di Kabupaten Lumajang, Provinsi Jawa Timur. Pada setiap menjelang bulan Ramadhan dan ibadah haji para pengrajin tasbih selalu kebanjiran pesanan  ribuan untai tasbih dari bahan kayu kopi.
Belakangan ini meja maupun kursi unik dari kayu kopi sudah menembus pasar konsumen di Amerika Serikat dan Kanada.  Oleh karena itu, sudah selayaknya mutu dan desain produk tersebut semakin ditingkatkan, agar kesimbungan pasar dapat terjamin dengan baik.  Untuk itu diperlukan peran aktif Pemda dalam hal ini Dinas Perindustrian dalam memberikan bimbingan ilmu pengatahuan dan pelatihan, serta bantuan peralatan agar produk yang dihasilkan dapat lebih bermutu dan beragam desain. Begitupun seharusnya Pemda membantu mempromosikan produk tersebut pada berbagai ajang pameran di dalam negeri maupun luar negeri.
Dalam hal meningkatkan mutu, maka pengawetan kayu harus segera dilakukan, mengingat kayu kopi merupakan satu famili dengan kayu jabon (Anthocephalus cadamba) memiliki kelas kuat III dan kelas awet IV, dimana menurut SNI 03-5010.1-1999 menyatakan bahwa kayu dengan kelas awet III, IV dan V harus dilakukan pengawetan untuk menambah umur pakai kayu lebih lama.  Untuk itu dapat diterapkan teknologi pengawetan kayu dengan bahan pengawet alami yang tidak membahayakan lingkungan dan aman bagi manusia, yaitu dengan memanfaatkan asap cair yang mengandung senyawa fenol dan asam yang bersifat racun bagi perusak kayu.
Begitupun dalam proses finishing produksi, sebaiknya mempergunakan vernish yang ramah lingkungan dan aman bagi manusia, dalam hal ini sebaiknya menggunakan vernish NC (nitrocellulose) jenis DOP ataupun glossy, dimana dengan bahan ini dapat membuat serat dan tekstur kayu terlihat indah serta warna kayu menjadi lebih hidup. Sehingga dengan perlakuan peningkatan mutu tersebut akan semakin menambah daya tarik produk, yang pada gilirannya akan menarik konsumen untuk membeli.
Kreativitas pengrajin dalam mengeksploi tasi kayu kopi menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomi tinggi tentu juga akan menaikkan nilai ekonomi kayu kopi tua hasil peremajaan yang berdampak positif bagi peningkatan nilai tambah petani kopi. Patut dihargai kreativitas para pengrajin dalam menciptakan produk baru serta lapangan kerja baru, yang berarti turut mengurangi pengangguran serta turut menggerakkan ekonomi sektor informal. Oleh karena itu, dalam era pasar bebas seperti sekarang ini   kreativitas dan inovasi merupakan senjata utama dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin mengglobal.

Sumber:
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/index.php/component/content/article/49-infotekno/190-mengolah-kayu-kopi-menjadi-meubeul-dan-kerajinan-yang-unik. Diakses tanggal 8 November 2014. Pukul 14.36 WIB
Ary Virgianti Setyaningrum
13212/B4/1

Kembangkan Paradigma Baru Pertanian Indonesia



Sumber : www.tanindo,com/images



  Tantangan di sektor pertanian ke depan dalam memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia akan semakin komplek. Oleh karena itu, diperlukan strategi khusus untuk membangun pertanian yang berorientasi jauh ke depan dan sesuai dengan dinamika yang ada di Indonesia.

    Dalam kurun waktu empat tahun terakhir ini, kinerja produksi beberapa komoditas pangan strategis di Indonesia mengalami peningkatan, meskipun tipis. Seperti padi, rata-rata mengalami peningkatan 2,6% per tahun, dari 64,4 juta ton GKG pada tahun 2009 menjadi 71,29 juta ton GKG di tahun 2013. Sementara untuk komoditas jagung, rata-rata kenaikannya sebesar 1,4% per tahun, dari 17,63 juta ton (2009) menjadi 18,51 juta ton pipilan kering (2013). Lain halnya dengan kedelai, meskipun secara rata-rata produktivitas per hektarnya meningkat 1,39%, namun produksinya justru menurun.
    “Produksi (kedelai) menurun karena terjadi persaingan areal tanam dengan tanaman jagung yang berakibat pada menurunnya luas tanam kedelai rata-rata 6,54 persen per tahun,” terang Menteri Pertanian RI Suswono dalam laporannya pada acara pembukaan Penas XIV KTNA di Malang, Jawa Timur (7/6).
    Sementara itu, produksi tebu dan daging sapi dalam empat tahun terakhir juga tercatat mengalami peningkatan. Produksi tebu  tercatat rata-rata meningkat sebesar 1,48% per tahun, sedangkan daging sapi mengalami peningkatan 7,5% per tahun.
    Menurut Suswono, meskipun rata-rata peningkatan produksi komoditas strategis tersebut bergerak lamban, capaian tersebut patut untuk disyukuri. Pasalnya, hal itu diraih di tengah-tengah kondisi yang dibilang tidak mudah.
     Banyak faktor yang menurut Suswono menjadi tantangan besar dalam capaian produksi pangan saat ini, antara lain: defisit lahan pertanian produktif akibat dari konversi lahan pertanian yang semakin meningkat, kepemilikan lahan petani yang semakin sempit, dampak perubahan iklim, bencana alam, dan gejolak ekonomi global.
    “Kemampuan kita untuk meningkatkan produksi di tengah persoalan pertanian yang semakin komplek tersebut merupakan wujud kinerja petani, pelaku usaha, dan pemerintah yang masih handal,” ujar Suswono.
    Namun demikian, lanjutnya, tantangan di bidang pertanian ke depan akan semakin berat dan komplek. Untuk itu diperlukan inovasi secara terus menerus dan kerja keras semua pihak.
Pemerintah sendiri sebagai pembuat kebijakan juga telah menerbitkan payung hukum sebagai upaya untuk menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan usaha di bidang pertanian dan perlindungan bagi petani sendiri.
   “Terkait dengan antisipasi konversi lahan pertanian, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 41/2009 tentang perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan. Demikian pula untuk memperkuat kemandirian dan ketahanan pangan, pemerintah juga telah menerbitkan Undang-Undang No. 18/2012 tentang pangan. Sedangkan untuk meningkatkan posisi tawar petani, pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 19/2013 tentang perlindungan dan pemberdayaan petani. Ini semua merupakan acuan ke depan dalam menyikapi berbagai tantangan di bidang pertanian yang semakin komplek,” terang Suswono.
Paradigma baru
    Untuk membangun pertanian Indonesia jangka panjang ke depan dengan tantangan yang semakin komplek tersebut, pemerintah melalui Kementerian Pertanian telah menyusun konsep pembangunan pertanian yang diberi nama Strategi Induk Pembangunan Pertanian (SIPP). Konsep tersebut dirumuskan sebagai acuan untuk menentukan arah pembangunan pertanian ke depan yang sesuai dengan karakteristik dan dinamika di Indonesia.
   Konsep itu pun akhirnya dituangkan dalam bentuk buku SIPP Tahun 2013-2045 yang peluncurannya bertepatan dengan pembukaan Pekan Nasional (Penas) XIV KTNA di Malang, Jawa Timur (7/6) yang dihadiri langsung oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono.
   “SIPP tersebut disusun sebagai bagian dari pelaksanaan amanah konstitusi untuk mewujudkan Indonesia yang bermartabat, mandiri, maju, adil, dan makmur,” ujar Suswono.
   Selain itu, lanjut Suswono, SIPP juga merupakan kesinambungan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2005-2025 dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) 2011-2025.
   Melalui SIPP tersebut akan dikembangkan dua paradigma baru pembangunan pertanian jangka panjang ke depan, yaitu: pertanian untuk pembangunan (agriculture for development) dan sistem pertanian berbasis bioindustri berkelanjutan. Pertanian untuk pembangunan dimaksudkan bahwa rencana pembangunan nasional harus didasarkan pada tahapan pembangunan pertanian secara nasional dan menjadikan sektor pertanian sebagai motor penggerak roda pembangunan.
   Sementara untuk sistem pertanian bioindustri berkelanjutan merupakan transformasi pembangunan berbasis bahan baku fosil menjadi berbasis sumber daya terbarukan atau sumber daya hayati. “Peran pertanian tidak hanya sebagai penghasil utama bahan pangan, tetapi menjadi penghasil biomassa bahan baku biorefinery untuk menghasilkan bahan pangan, pakan, pupuk, serat, energi, produk farmasi, kimiawi, dan bioproduk lainnya,” papar Suswono.
     Dalam konsep pertanian bioindustri berkelanjutan tersebut, Suswono berpandangan bahwa lahan pertanian bukan hanya merupakan sumberdaya alam, namun juga sebagai industri yang memanfaatkan seluruh faktor produksi untuk menghasilkan pangan untuk ketahanan pangan ataupun produk lain yang dikelola menjadi bioenergi yang bebas limbah dengan menerapkan prinsip mengurangi, memanfaatkan kembali, dan mendaur ulang alias reduce, reuse, and recycle.
    Dengan konsep itu, kata Suswono, maka hasil produk pertanian akan dikembangkan menjadi energi terbarukan, dengan demikian masyarakat tidak lagi tergantung pada energi yang berasal dari fosil.
Sementara menurut Prof. Dr. Pantjar Simatupang, Ketua Tim Perumus Konsep SIPP 2013-2045, seperti dilansir Antara (20/5), konsep pembangunan pertanian dengan pendekatan sistem pertanian bioindustri berkelanjutan dipandang sangat sesuai untuk diterapkan di Indonesia. Hanya saja, pendekatan tersebut baru bisa dilaksanakan jika dirancang dalam perspektif jangka panjang dengan peta jalan yang sistematis. Selain itu juga harus didukung oleh kebijakan yang komprehensif dan terpadu serta dilaksanakan secara konsisten.

Tanggal artikel : Jum’at, 10 Oktober 2014

Nama: Dennis Endika
NIM: 13294
Golongan/Kelompok: B4/1